Tindakan
seseorang sangat bergantung dengan alam pikirannya masing-masing. Setiap orang
diberikan kebebasan untuk memilih respon diri sendiri. Anda bertanggung jawab
penuh atas sikap yang ditimbulkan dari pikiran Anda sendiri. Andalah komandan
dari pikiran Anda sendiri. Bukan lingkungan di sekeliling Anda. Walaupun
sebenarnya lingkungan juga ikut serta berperan dalam mempengaruhi cara berpikir
Anda. Apabila lingkungannya pahit maka Anda pun menjadi pahit, selalu curiga,
dan seringkali berperasangka negatif kepada orang lain. Pikiran negatif ini
semakin bertambah dan kuat ketika sistem informasi semakin maju. Dan media informasi
seperti televisi, majalah, koran, dan lain sebagainya menghajar dan menyerang
secara terus-menerus terhadap pikiran Anda dengan informasi perbuatan negatif, maka
pikiran Anda pun sedikit banyaknya akan terpengauh dari informasi tersebut,
timbullah pikiran negatif sehingga Anda menutup diri dari orang lain karena
selalu curiga. Pada akhirnya akan merugikan diri Anda sendiri.
Misalnya,
seorang yang sering mendapatkan informasi berupa berita-berita mengenai
pembunuhan, penipuan, prampokkan, dan lain sebagainya. Akhirnya dari informasi
yang didapat tersebut ia sedikit banyaknya akan terpengaruh, ia selalu
berperasangka negatif dan curiga pada orang lain. Perasangka negatif ini akan
mengakibatkan ia menjadi bersikap defensif dan tertutup, karena beranggapan
orang lain merupakan musuh berbahaya. Cenderung menahan informasi dan tidak mau
bekerja sama. Akibatnya justru ia sendiri yang akan mengalami kerugian, seperti
turunnya kinerja, tidak mampu melakukan sinergi dengan orang lain, sehingga
peluang-peluang emas terlewatkan begitu saja, atau bahkan tersingkir dari
tengah-tengah pergaulan sosialnya. Bagi orang lain adalah musuh berbahaya.
Padahal sebenarnya pikiranlah musuh yang lebih berbahaya.
Contoh lain:
Seumpamanya seorang ibu yang sangat menyayangi putra
tunggalnya. Karena rasa kuatir yang sangat, ditambah maraknya berita penculikan di media massa, si ibu pun
memberi nasihat kepada putranya,
"Nak, kalau matahari sudah tidak bersinar lagi,
jangan keluar rumah ya. Karena saat gelap seperti itulah roh jahat mulai
bermunculan. Ada
yang disebut kuntilanak, genderuwo, dan lain-lain. Pokoknya mahkluk jelek,
hitam, dan jahat. Maka belajar baik-baik di dalam rumah saja ya. Terutama malam
hari, oke?"
Sang anak, yang sedikit penakut, dengan senang hati
mematuhi nasehat ibunya.
Setelah beranjak remaja, si anak tumbuh menjadi pemuda
cilik yang penakut dan pengecut. Seringkali, ketakutannya yang berlebihan itu
terbawa-bawa dalam mimpi. Tidak jarang, ketika tidur ia tiba-tiba terbangun
dengan berteriak histeris serta bersimbah peluh ketakutan. Kedua orangtuanya
pun menjadi khawatir melihat perkembangan jiwa si anak. Berbagai nasehat
bernada menghibur yang disampaikan si orangtua kepada anaknya tidak bermanfaat
sama sekali. Bahkan, kadang si anak justru merasa orangtuanya berusaha
mencelakai dia.
Suatu hari, sang kakek mendengar kondisi cucunya
tersebut. Maka, ia pun segera menyempatkan diri berkunjung ke rumah anaknya.
Setelah memikirkan dengan seksama, suatu sore, si kakek mengajak cucunya
berjalan-jalan ke pasar malam bersama-sama dengan beberapa orang tetangga dan
teman si cucu. Sesampainya di pasar malam itu, mereka pun bersenang-senang.
Sang cucu dan teman-temannya bermain dan melihat berbagai pertunjukkan hingga
malam hari. Setelah puas dan lelah bermain, mereka pun berjalan kaki pulang ke
rumah.
Tiba di rumah, si kakek meneruskan berbincang santai
dengan cucunya. "Cucuku, terang dan gelap adalah sifat alam. Tidak ada
hubungannya dengan roh gentayangan dan kejahatan. Sudah kita buktikan sendiri, kan? Bukankah sepanjang
jalan dalam kegelapan tadi tidak ada satu pun roh jahat yang mengganggu?
Ketahuilah, roh jahat hanya ada di pikiran kamu sendiri. Usir dia dari
pikiranmu, maka tidak akan ada yang namanya roh jahat di muka bumi ini. Kakek
yang sudah setua ini telah membuktikan sendiri. Ketakutan hanya ada di pikiran
kita. Gunakan pikiranmu untuk hal-hal yang baik, maka engkau akan membuat
segalanya menjadi baik, indah, dan membahagiakan." Demikianlah, berkat
kata-kata bijak dari si kakek, lewat proses waktu, akhirnya si cucu mampu
mengubah mindset dan memiliki kesehatan mentalitas yang positif. Ia pun tumbuh
jadi pemuda yang pemberani.
Dari pengalaman
di atas tersebuat merupakan salah satu contoh pengaruh pikiran terhadap
kehidupan Anda. Apabila pikiran sang ibu tersebut yang semual niat baik –
dengan kehawatirannya karena banyaknya informasi kejadian yang dialami oleh
orang lain di sekitar dirinya – membuang pikiran negatif, maka kejadian yang
menimpa anaknya yang menjadi anak yang penakut tidak akan pernah terjadi. Dan
sang ibu menjadi semakin dibuat khawatir dengan kondisi anaknya tersebut.
Dari lingkungan
atau informasi yang diterima Anda, walaupun untuk tujuan yang baik, bisa
berdampak buruk dan merusak kesehatan mental, bila tidak disertai dengan
pengertian benar! Hukum pikiran bersifat universal dan berlaku untuk siapa saja
– baik anak-anak atau orang dewasa. Artinya, Anda adalah apa yang Anda
pikirkan! Dan Anda adalah apa yang Anda percayai! Maka, apa yang kita pikirkan,
itulah yang akan terjadi.
Apabila Anda memiliki
dan memegang perinsip yang kuat tertanam dalam diri Anda, akan lebih mampu
melindungi pikirannya. Dengan perinsip tersebut Anda mampu memilih respon
poisitif di tengah lingkungan paling buruk sekalipun. Anda akan tetap berpikir
positif dan selalu berperasangka baik. Perinsip yang Anda pegang akan mendorong
dan menciptakan kondisi lingkungannya untuk saling percaya, saling mendukung,
bersikap terbuka dan kooperatif. Hasilnya adalah sebuah “aliansi cerdas” yang
akan menciptakan performa puncak.
Karena itu, kalau yang Anda tanamkan ke dalam
pikiran Anda setiap hari adalah hal-hal yang negatif, dampaknya akan destruktif
atau merusak. Sebaliknya, kalau baik dan positif sifatnya, tentu dampak dalam
kehidupan Anda akan menjadi positif dan konstruktif. Itulah kekuatan pikiran yang
Anda miliki.
No comments:
Post a Comment