Mata Batin atau dalam Istilah TaSaw.uf
Al-Bathinah merupakan Indera keenam yang Allah berikan kepada setiap
manusia. Mata Batin ibarat kaca yang dapat melihat sesuatu (bercermin)
atau ibarat pisau tumpul yang dapat diasah sampai tajam sehingga dapat memotong
sesuatu benda.
Setiap manusia mempunyai mata batin yang
asal mulanya Allah ciptakan bersih tanpa ada noda sedikit pun. Tetapi kemudian
pada perjalanannya lambat laun mata batin mulai tertutup ternodai oleh
sifat-sifat buruk dan keduniawian.
Ketika kita masih kecil mata batin kita
masih bersih sehingga dapat melihat hal-hal yang ghoib dan mudah
menangkap Ilmu Pengetahuan dengan mudah. Tetapi setelah besar mata batin kita
sudah ternodai oleh sifat-sifat buruk dan keduniawian sehingga tidak dapat
melihat lagi hal-hal yang tertutup (ghoib). Tempat mata
hati adalah hati nurani (qalbu) yang selalu berubah setiap saat sesuai
dengan perbuatan manusia sehari-hari jika berbuat jahat akan lupa kepada Allah
maka hati itu menjadi kotor dan jika berbuat baik atau berzikir hati itu akan
bersih kembali.
Sementara menurut, istilah yang tepat untuk
indera keenam (sixth sense) dalam dunia medis adalah extra sensory
perception (ESP). Semua orang punya kemampuan ESP (indera keenam) ini sejak
lahir. Ketika masih balita, ESP seorang anak berkembang, lantaran panca
inderanya belum banyak digunakan. Untuk itu, tidak heran seorang anak kadang
mampu melihat makhluk halus, bahkan melihat masa lalu dan masa depannya.
Semuanya bergantung pada ketajaman masing-masing.
Ketika sang anak mulai masuk sekolah dan belajar
matematika, olahraga, dan lain-lain, ESP-nya berkurang karena tidak dilatih.
Ketika sekolah, yang banyak dilatih adalah otak dan otot. Saat itu, panca
inderanya yang dominan. Panca indera dalam istilah medis disebut sensory
perception (SP). Jadi, kemampuan ESP-nya menurun. Perlu pelatihan kembali
untuk membangkitkan ESP tersebut, karena pendidikan kita tidak menyeimbangkan
antara ESP dan SP.
Seperti diketahui, manusia adalah makhluk rohani
yang berjasmani. Ketika jasmani banyak digunakan, SP kita yang aktif bekerja
(panca indera). Sebaliknya, ketika rohani yang banyak dipakai, ESP kita muncul.
Pola pendidikan Barat dan Timur berbeda dalam memperlakukan SP dan ESP ini.
Pendidikan Barat hanya memfokuskan pada pengembangan SP, terutama rasio.
Sementara pendidikan Timur, seperti di Cina dan
India justru menyeimbangkan antara SP dan ESP. Jadi, selain rasio, spiritualnya
juga dibangun. Misalnya, ada latihan meditasi yang sangat efektif untuk
menajamkan ESP. Di Indonesia, anak-anak kerap diajarkan budi pekerti, kata-kata
mutiara, dan pencak silat. Lalu, dibarengi dengan renungan dan siraman rohani.
Sayangnya, pola pendidikan itu perlahan menghilang dan dimasuki pola pendidikan
Barat.
ESP adalah karunia Tuhan yang diberikan kepada
setiap insan. Ia tidak akan hilang seumur hidup, walau lama tidak dilatih.
Dalam hadis nabi dikatakan, “Siapa yang mengetahui dirinya, mengetahui pula
Tuhannya”. Kaum sufi atau kelompok spiritual lainnya, memiliki ESP ini.
Mereka betul-betul mengetahui jati dirinya, sehingga dekat dengan Tuhan. Dengan
begitu, ESP-nya pun selalu tampil.
Ketika seseorang menghadapi kematian, panca
indera (SP) manusia tidak bekerja. Saat itulah potensi ESP-nya muncul. Ketika
seseorang tidak jadi mati, misalnya, ia bisa melihat dirinya sendiri selama tak
sadarkan diri. Ada juga yang saat masuk ruang operasi di rumah sakit, seseorang
melihat tubuhnya sedang disayat-sayat. Nah, ketika telah sadar, seseorang yang
tidak jadi mati itu, tampil dengan ESP. di desa-desa, bila ada orang yang tidak
jadi mati, biasanya jadi dukun.
Secara fisik, kita tidak bisa membedakan
seseorang yang memiliki indera keenam dan tidak. Untuk mengetahuinya harus
dengan indera keenam pula. Namun, para psikiater punya metode sendiri.
Psikiater akan mengeluarkan kartu yang disebut ESP card. Jumlahnya 25 kartu
dengan gambar-gambar berbeda-beda. Bila setelah dikocok, lebih dari 5 kali,
seseorang mampu menebak gambar kartu dengan benar, berarti dia memiliki indera
keenam. Bila hanya 5 kali, apalagi kurang, tidak memiliki indikasi indera
keenam.
Kini, ada teknologi baru untuk mengetahui indera
keenam, yaitu dengan foto aura. Foto aura ini menggunakan teknologi yang
disebut aura video station. Saat difoto, aura akan terlihat jelas
warna-warni aura manusia. Aura itu, terkait dengan hormon yang disebut
hipofisis dan epificis di otak. Yang memiliki indera keenam, dahinya berwarna
aura nila (campuran ungu dan merah). Mereka yang beraura seperti itu, selain
memiliki kecerdasan di atas rata-rata, juga memiliki spritualitas tinggi.
Akhir-akhir ini, di seluroh dunia banyak lahir anak-anak yang memiliki ESP. Di
Indonesia fenomena ini mencuat ketika memasuki tahun 2000. Mereka biasa disebut
anak indigo. Kecerdasan dan sikapnya jauh melebihi usianya. Ia lain dari
anak-anak sebayanya. Untuk itu anak-anak indigo kerap dianggap sebagai anak
aneh atau ajaib.
ESP-nya membawa mereka pada kecerdasan spiritual.
Anak-anak seperti ini, tidak bisa bergaul dengan sebayanya, tidak mau dipaksa
atau diperintah, dan tidak mau sekolah. Mereka, memang, kerap bermasalah dengan
lingkungan sosialnya karena kurang disiplin. Karakternya memberontak. Tapi, di
sisi lain, ia kadang menunjukkan intuisi yang kuat serta pandangannya sangat
bijak.
Mereka juga bisa bercerita tentang masa lalunya
sebelum lahir dan apa yang akan terjadi ke depan. Anak-anak indigo ini, biasa
juga disebut generasi spiritual yang akan membawa dunia pada kedamaian. Saat
para anak indigo ini dewasa (vanguard), mereka nanti akan melahirkan
generasi baru yang disebut generasi kristal pada kurun waktu tertentu.
Anak-anak kristal ini, aura di dahinya bening. Sikap memberontaknya berkurang.
ESP, spiritual, dan kecerdasannya jauh lebih tinggi lagi daripada generasi indigo.
Intinya adalah semua orang memiliki indera
keenam. Seperti pada panca indera, ada yang daya serapnya tinggi, ada pula yang
daya serapnya rendah. Seperti halnya pada panca indera, daya serap indera
keenam dapat ditingkatkan di samping bisa menyusut.
Indera keenam (mata batin) semua orang
masih membutuhkanmya di samping akal. Secara filusuf dan psikolog pengertian
mata batin merupakan “indrea keenam”, kebanyakan orang menyebutnya diartikan
sebagai “bisikan atau gerak hati” atau “ilham, hidayat, dan firasat” menurut
nama yang diberikan agamawan.
Tidak jelas cara kerja “sesuatu” itu,
karena datangnya sekejap, sekadar untuk mencampakkan informasi yang diduga
“kebetulan” oleh sebagian orang, dan kepergiannya pun tanpa izin orang yang
dikunjungi.
Biasanya, “sesuatu” itu mengunjungi
orang-orang yang jiwanya dihiasi kesucian, karena Allah tidak akan memberi
hidayat kepada orang yang berlaku aniaya (QS. Al-Haqarah: 258), bergelimang
dosa atau fasik (QS. Al-Ma-idah: 108), melampaui batas lagi pendusta (QS. Al
Mu’min: 28), pengkhianat (QS. Yusuf: 52), dan pembohong (QS. Al-Zumar: 3).
No comments:
Post a Comment