Mata Batin (Indera keenam) merupakan intuisi atau
juga bisa disebut firasat merupakan pemberian Tuhan kepada setiap manusia. Mata
Batin diibaratkan sebuah kaca yang dapat melihat sesuatu (bercermin)
atau ibarat pisau tumpul yang dapat diasah sampai tajam sehingga dapat memotong
sesuatu benda.
Pada setiap manusia telah dibekali atau diberikan
mata batin oleh Tuhan yang bersih tanpa adanya noda sedikitpun. Sehingga dapat
melihat segala sesuatu yang tidak terlihat oleh mata lahir atau kasat mata
dengan jelas. Akan tetapi manusia – dengan sifat lupa dan bolak-balik atau
naik-turun dalam keimanannya – dalam perjalanannya mata batin tersebut akan
tertutup dengan sifat-sifat buruk. Sehingga tidak dapat melihat lagi yang
tadinya dapat dilihat dengan jelas.
Untuk membersihkan atau mensucikan mata batin kita
memerlukan upaya atau usaha, sehingga mata batin tersebut dapat bersih dan
dapat melihat kembali dengan jelas. Lelaku atau usaha tersebut dinamakan
kebatinan atau jalan spiritual.
Kebatinan adalah laku, usaha dengan melalui rasa,
hati yang bening, untuk mengetahui hidup yang sesungguhnya
yaitu hidup sejati. Laku batin tersebut dilandasi perbuatan dan perilaku yang
baik, budi luhur, hati bersih suci, dengan selalu mendekatkan diri dan manyembah
kepada Tuhan.
Beberapa pengalaman akan dialami oleh pelaku
kebatinan, ada yang enak, ada yang dirasa berat, semua itu adalah bumbu-bumbu
kehidupan dalam menapaki jalan Ilahi.
Pengalaman puncak pelaku kebatinan/spiritualis
adalah kenyataan bahwa dirinya sebagai hamba yang berada dalam hubungan serasi
dengan Tuhan. Seorang anak manusia telah berada dikehidupan sejati dalam
lindungan keagungan Tuhan.
Timbulnya kebatinan sebenarnya adalah hal logis,
setelah manusia dalam pengalaman menjalani kehidupan ini, menemukan fakta bahwa
hidup dan alam ini, tidak hanya terdiri dari benda-benda dan zat-zat yang lahir
saja. Tetapi ada juga hal-hal yang tidak terlihat oleh mata, tetapi sebenarnya
ada, eksis. Seperti hanya pikiran, gagasan, batin dan sebagainya.
Setiap tindakan atau perbuatan yang dilakukan
manusia terlihat dan dapat dirasakan di alam lahir. Akan tetapi, sebelum
perbuatan itu muncul yang nampak oleh kasat mata atau dapat dirasakan oleh
panca indera kita, maka terlebih dulu dirasakan dan direncanakan di dalam
batin.
Dengan pengertian dasar seperti di atas, maka
yang termasuk lahir adalah apa saja yang kelihatan oleh mata, sedangkan yang
tidak kelihatan termasuk ranah batin. Sehingga kemampuan seseorang dapat
menangkap baik dapat melihat dengan mata lahir, yaitu mata biasa. Dan ada juga orang
yang tajam mata batinnya, sehingga mampu melihat yang oleh kebanyakan orang
disebut gaib.
Perlu diketahui bahwa setiap orang secara alami –
pada dasarnya – memiliki mata batin. Itu anugerah Tuhan, bukan takhayul! Tetapi
kemampuan fungsi mata batin, sejak anak kecil telah dikalahkan oleh logika,
yang ditanamkan oleh orang tua dan pergaulan umum. Tidak hanya mata batin yang
ditutup; kepekaan otak, rasa dan indera yang lain, juga ditutup. Jadi yang
terjadi sesungguhnya, kepekaan mata batin, otak batin, rasa batin, itu tidak
hilang, hanya sengaja ditutup atau dihalangi atau tidak dikembangkan. Dengan alasan,
bahwa memori atau otak kita menganggap tidak sesuai dengan logika. Oleh karena
perangkat-perangkat batin secara alami dan sah dimiliki setiap manusia, maka
hal tersebut tak bisa dihilangkan. Sekali lagi, yang terjadi hanyalah fungsinya
tidak dihidupkan.
Seorang manusia yang terbuka mata lahir dan
batinnya, tetap berfungsi otak dan rasa batinnya, dia bisa melihat dan memahami
yang kelihatan dan “yang tidak kelihatan”. Sehingga yang disebut dunia nyata
itu relatif. Ini tidak perlu diperdebatkan. Artinya, bahwa Bagi saudara-saudara
kita yang fungsi perangkat-perangkat batinnya tidak diaktifkan, dibiarkan
tertutup, yang dilihat adalah yang nyata secara konkrit. Itu bagus, wajib
bersyukur kepada Tuhan, karena mempunyai mata, otak dan panca indera normal
yang berfungsi bagus. Sementara itu, saudara-saudara kita yang
perangkat-perangkatnya berfungsi lahir batin, mampu melihat dan mengetahui
bahwa kenyataan itu terdiri dari dua hal, yaitu yang nyata bagi setiap orang
ditambah “yang tidak kelihatan” Ini sebenarnya hal yang normal saja, katakanlah
bahwa orang tersebut memanfaatkan sepenuhnya karunia yang diberikan oleh Tuhan.
Dengan paparan tersebut di
atas, bahwa setiap orang memiliki atau sudah dibekali mata batin oleh Tuhan.
Dalam membuka kembali prangkat-prangkat batin yaitu perlu lebih banyak
berdoa kepada Tuhan, tenangkan perasaan Anda, kendalikan emosi, mulailah
berlatih santai membuka kembali fungsi-fungsi perangkat “gaib” yang Anda miliki.
Tentu untuk itu Anda harus sabar, melatih diri, karena perangkat-perangkat itu
sudah lama sekali tidak difungsikan. Kalau terbukanya terlalu cepat atau
tiba-tiba, nanti Anda kaget dan bisa mengalami goncangan jiwa.
Pelaksanaan dan latihan tersebut hanya melibatkan
dan berhubungan dengan diri Anda sendiri dan diberkati oleh Tuhan. Latihan
mengolah batin, bisa dilakukan sendiri atas dasar kemantapan hati yang pasrah
total kepada Tuhan atau dengan petunjuk atau bimbingan
seseorang yang lebih senior dalam olah kebatinan, yang biasanya disebut Guru.
Bimbingan Guru Laku tersebut untuk menghindari
dari beraneka gangguan dan hal-hal yang negatif, sehingga tidak keliru tujuan
sejatinya. Silahkan, anda bebas menentukan pilihan. Yang penting anda yakin
selalu berada dijalan yang hakiki, yang benar, yang menjadi hak anda dan
itu adalah jalan Ilahi.
Kebatinan adalah jalan yang mulia, metode untuk
menghayati kebenaran sejati, mengenali diri sejati, hidup sejati, sehingga hubungannya
dengan Tuhan, serasi.
ajari dan mohon bimbingannya puh
ReplyDelete...