Apabila mata batin atau hati nurani kita
tidak berusaha untuk dibersihkan setiap saat dan hanya memelihara
perbuatan-perbuatan yang menutupi mata batin tersebut, maka mata batin akan
mengeras, kotor dan susah untuk dibersihkan. Akan tetapi sekeran atau sekotor
apapun, kalau ada keinginan untuk membersihkan dan membuka kembali mata batin
tersebut, maka harus memperhatikan hal-hal tersebut di bawah ini:
1. Mengosongkan hati dari sifat-sifat buruk
Buang sema perasaan yang berkaitan
sifat-sifat buruk, sehingga yang muncul dalam hati Anda adalah perasaan yang
baik. Karena dengan perasaan positif maka sifat-sifat buruk yang ada hati Anda
lambat laun akan hilang dan akan membersihkan dinding hati yang tertutup oleh
sifat-sifat buruk tersebut, sehingga mata batin Anda akan terbuka.
2. Membuang daya khayal yang mengganggu keyakinan
hati kemudian berpikir tentang hal-hal yang ghaib yang kita ketahui.
3. Mendawamkan (Kontinue) shalat dan berzikir
pada malam hari karena kesepian malam dapat menambah kekhusuk-an hati.
4. Meningkatkan Iman dan Kecintaan kepada Tuhan.
5. Mencintai
Allah dari segala-galanya selalu Munajat (mohon pertolongan-Nya), dan
Istikharah (meminta petunjuk dari-Nya).
Itu sebabnya Anda harus membersihkan hati dari
kotoran-kotoran yang menutupi hati Anda. Setelah hati tersebut bersih maka mata
batin Anda akan terbuka dan lebih tajam dari pada kedua mata Anda. Untuk lebih
jelasnya bagaimana membuka mata batin Anda, maka ada beberapa tahapan yang
harus Anda jalani. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
A. Zikir
Zikir memiliki pengaroh yang kuat terhadap
kecemerlangan mata batin. Hati yang selalu terisi dengan Cahaya Zikir akan
memancarkan Nur Illahi dan keberadaannya akan mempengarohi perilaku yang serba
positif.
Kebiasaan melakukan zikir dengan baik dan benar
akan menimbulkan ketentraman hati dan menumbuhkan sifat ikhlas. Hikmah zikir
amatlah besar bagi orang yang ingin membangkitkan kekuatan indera keenamnya (batin).
Ditinjau dari sisi ibadah, zikir merupakan latihan menuju Ikhlasnya hati dan Istiqomah
dalam berkomunikasi dengan Al Khaliq (Sang Pencipta).
Ditinjau dari sisi kekuatan batin, zikir
merupakan metode membentuk dan memperkuat niat hati, sehingga dengan izin Allah
Swt., apa yang terdapat dalam hati, itu pula yang akan dikabulkan oleh-Nya
Allah Swt. Dengan kata lain, zikir memiliki beberapa manfaat, di antaranya: Membentuk,
Memperkuat Kehendak, Mempertajam Batin, sekaligus bernilai Ibadah.
Dengan zikir berarti membersihkan dinding kaca
batin, ibarat sebuah bohlam lampu yang tertutup kaca yang kotor, meyebabkan
cahaya-sinarnya tidak muncul keluar secara maksimal. Melalui zikir, berarti
membersihkan kotoran yang melekat sehingga kaca menjadi bersih dan
cahaya-sinarnya bisa memancar keluar.
Sampai di sini mungkin timbul suatu pertanyaan.
Apakah zikir memiliki pengaroh terhadap kekuatan batin? untuk menjawab
pertanyaan ini, kiranya perlu diketahui bahwa hal tersebut merupakan bagian
dari karunia Allah Swt.
Dalam sebuah Hadist. Bahwa dengan selalu mengingat
Allah menyebabkan Allah membalas ingat kepada seorang hamba-Nya "Aku
selalu menyertai dan membantunya, selama ia mengingat Aku" karena itu,
agar Allah senantiasa mengingat Anda, perbanyaklah mengingat-Nya dengan selalu
berzikir.
B. Do'a
Seseorang yang ingin memiliki kekuatan rohani
pada dirinya, hendaklah memperbanyak doa kepada orang lain, di samping untuk
diri sendiri dan keluarganya. Caranya, cobalah Anda mendoakan seseorang yang Anda
kenal di mana orang itu sedang mengalami kesulitan.
Menurut para Ahli Hikmah, seseorang yang
mendoakan sesamanya maka reaksi doa itu akan kembali kepadanya, contohnya: Anda
mendo'akan si "A" yang sedang dirundung duka agar Allah berkenan
mengeluarkan dari kedukaan, maka yang pertama kali merasakan reaksi doa itu
adalah orang yang mendo'akan, baru setelah itu reaksi do'anya untuk orang yang
dituju.
Karena itu semakin banyak Anda berdoa
untuk kebaikan sahabat, guru Anda, orang yang dikenal/tidak dikenal, siapa pun
juga, maka akan semakin banyak kebaikan yang akan Anda rasakan. Sebaliknya jika
Anda berdoa untuk kejelekan si "A" sementara si "A" tidak
patut di doakan jelek maka reaksi doa tersebut akan kembali kepada Anda. Misalnya
Anda berdoa agar si "A" jatuh dari sepeda motor, maka boleh jadi Anda
akan jatuh sendiri dari sepeda motor, setelah itu baru giliran si
"A".
Tetapi dalam sebuah Hadist disebutkan,
Seseorang yang berdoa untuk kejelekan sesamanya maka doa itu melayang-layang di
Angkasa, jika orang yang didoakan jelek itu orang zalim maka Allah Swt. akan
memperkenankan do'anya, sebaliknya jika orang yang dituju itu orang baik-baik,
maka doa itu akan kembali menghantam orang yang berdoa.
Dari sini lalu timbul konsep "Saling
Doa men Doakan" seperti guru memberikan atau menghadiahkan doa berupa
surat al-Fatihah kepada muridnya. Sebaliknya murid pun berdoa untuk kebaikan
gurunya. Lalu siapa yang patut disebut guru? Guru adalah orang yang memberikan
informasi pengetahuan akan suatu ilmu. Di mana ilmu itu selanjutnya kita
amalkan dan bermanfaat.
Dalam Hadist yang lain disebutkan bahwa
doa yang mudah dikabulkan adalah doa yang diucapkan oleh seorang sahabat Secara
Rahasia, Mengapa?. ini disebabkan karena doa itu diucapkan secara Ikhlas.
Keikhlasan memiliki nilai (kekuatan) yang sangat tinggi.
Karena itu perbanyaklah berdoa atau
mendoakan sesama yang sedang dirundung duka. Insya Allah reaksi dari doa itu
akan Anda rasakan terlebih dahulu, selanjutnya baru orang yang anda doakan, semoga.
Di samping itu, mendoakan seseorang
memiliki nilai dalam membentuk kepribadian lebih peka terhadap persoalan orang
lain. Jika hal ini dikaitkan dengan janji Allah; Bahwa barang siapa yang
mengasihi yang dibumi maka yang dilangit akan mengasihinya, berlakulah hukum timbal
balik. Siapa menanam kebajikan ia akan menuai kebajikan juga, sebaliknya jika
ia menanam kezaliman maka ia pun akan menuai kezalimannya juga.
C. Shalawat Nabi
Mungkin sudah sering/pernah mendengar
nasihat dari orang-orang tua kita bahwa kalau ada bahaya, kita disarankan salah
satunya adalah untuk memperbanyak Shalawat kepada Nabi Muhammad Saw.
Konon dengan mendoakan keselamatan kepada
Nabi, Allah Swt. akan mengutus para malaikat untuk ganti mendoakan keselamatan
kepada orang itu. Dalam beberapa hadist Rasullullah Saw. banyak kita temukan
berbagai keterangan tentang Afdalnya bershalawat. Di antaranya: "Setiap
doa itu Terdindingi, sampai dibacakan Shalawat atas Nabi ", (HR. Ad-
Dailami).
Pada hadist yang lain yang diriwayatkan
oleh Ahmad, Nasa'I dan Hakim, Rasullullah Saw.. bersabda, "Barang siapa
membaca Shalawat untuk Ku sekali, maka Allah membalas Shalawat untuknya sepuluh
kali dan menanggalkan sepuluh kesalahan darinya dan meninggikannya sepuluh
derajat ".
Yang berkaitan dengan urusan kekuatan
batin, terdapat dalam Hadist yang diriwayatkan Ibnu Najjar dan Jabir, "Barangsiapa
ber-Shalawat kepada Ku dalam satu hari seratus kali, maka Allah Swt. memenuhi
seratus hajatnya, tujuh puluh daripadanya untuk kepentingan akhiratnya dan tiga
puluh lagi untuk kepentingan dunianya".
Berdasarkan hadist-hadist itu, benarlah
adanya jika orang-orang tua kita menyuroh anak-anaknya untuk memperbanyak
shalawat kepada anak cucunya. Karena selain merupakan penghormatan kepada
junjungannya juga memiliki dampak yang amat menguntungkan dunia dan akhirat.
D. Makanan Halal dan Bersih
Seseorang yang ingin memiliki kekuatan batin bersumber dari tenaga
Ilahiyah harus memperhatikan makanannya. Baginya pantang kemasukan makanan yang
haram karena keberadaannya akan mengotori hati. Makanan yang haram akan
membentuk jiwa yang kasar dan tidak religius. Makanan yang haram disini bukan hanya
dilihat dari jenisnya saja (Misal; Babi, bangkai, dan lain-lain), tapi juga
dari cara dan proses untuk mendapatkan makanan tersebut.
Efek dari makanan yang haram ini menyebabkan jiwa sulit untuk diajak
menyatu dengan hal-hal yang positif, seperti: dibuat zikir tidak khusuk, berdoa
tidak sungguh-sungguh dan hati tidak tawakal kepada Allah.
Daging yang tumbuh dari makanan yang haram selalu menuntut untuk diberi makanan
yang haram pula. Seseorang yang sudah terjebak dalam lingkaran ini sulit untuk
melepaskannya, sehingga secara tidak langsung menjadikan hijab atau penghalang
seseorang memperoleh getaran/cahaya Illahiyah.
Disebutkan, setitik makanan yang haram
memberikan efek terhadap kejernihan hati. Ibarat setitik tinta yang jatuh di atas
kertas putih, semakin banyak unsur makanan haram yang masuk, ibarat kertas
putih yang banyak ternoda tinta. Sedikit demi sedikit akan hitamlah semuanya.
Hati yang gelap menutupi hati nurani,
menyebabkan tidak peka terhadap nilai-nilai kehidupan yang mulia. Seperti kaca
yang kotor oleh debu-debu, sulitlah cahaya menembusnya. Tapi dengan zikir dan
menjaga makanan haram, hati menjadi bersih bercahaya.
Begitu halnya jika Anda menghendaki dijaga
para malaikat Allah, jangan kotori diri Anda dengan darah dan daging yang
tumbuh dari makanan yang haram. Inilah mengapa para ahli Ilmu batin sering
menyarankan seorang calon siswa yang ingin suatu ilmu agar memulai suatu
pelajaran dengan laku batin seperti puasa.
Konon, puasa itu bertujuan menyucikan
darah dan daging yang timbul dari makanan yang haram. Dengan kondisi badan yang
bersih, diharapkan ilmu batin lebih mampu bersenyawa dengan jiwa dan raga.
Bahkan ada suatu keyakinan bahwa puasa tidak terkait dengan suatu ilmu.
Fungsinya hanya untuk mempersiapkan wadah yang bersih terhadap ilmu yang akan
diwadahinya.
E. Berpantang Dosa Besar
Berpantang melakukan dosa-dosa besar juga
dalam upaya membersihkan rohani. Di mana secara umum kemudian dikenal pantangan
Ma’lima yaitu: Main, Madon, Minum, Maling dan Madat, yang artinya
berjudi, zina, mabuk-mabukan, mencuri dan penyalahgunaan narkotika.
Walau lima hal ini belum mencakup keselurohan
dosa besar tetapi kelimanya diyakini sebagai biang dari segala dosa. Judi
umpamanya, seseorang yang sudah terlilit judi andaikan ia seorang pemimpin maka
cendrung korup dan hanya kecil kejujuran yang masih tersisa padanya.
Begitu halnya dengan perbuatan seperti
zina, mabuk-mabukan, mencuri, dan menyalahgunakan narkotika diyakini sebagai
hal yang mampu menghancurkan kehidupan manusia. Karena itu orang yang ingin
memiliki kekuatan batin yang hakiki hendaknya mampu menjaga diri dari lima
perkara ini.
Seseorang yang sudah "Kecanduan"
satu di antara yang lima perkara ini bukan hanya rendah dipandang Allah,
dipandangan manusia biasa pun ikut rendah. Nurani yang kotor menyebabkan
doa-doa tidak terkabul.
Beberapa langkah apabila dilakukan secara
konsekuen, Insya Allah menjadikan manusia "Sakti" Dunia
Akhirat. Getaran batinnya kuat, ibarat voltage pada lampu yang selalu di tambah
getarannya sementara kaca yang melingkari lampu itu pun selalu dibersihkan
melalui laku-laku yang positif.
Hikmah suatu amalan (bacaan) biasanya
terkait dengan perilaku manusianya. Dalam hadist, Rasulullah Saw. Bersabda: "Seseorang
yang mengucapkan Laa ilaha illallah dengan memurnikan niat, pasti dibukakan
untuknya pintu-pintu langit, sampai ucapannya itu dibawa ke Arsy selagi
dosa-dosa besar dijauhi", (HR. Turmudzi)
Hadist ini bisa ditafsiri bahwa suatu
amalan harus diimbangi dengan pengamalan. Adanya keselarasan antara ucapan
mulut dengan tindakan menyebabkan orang itu mencapai hakikatnya
"Kekuatan-Kesaktian".
F. Berhati Ikhlas Berpantang Tamak
Seseorang yang memiliki hati ikhlas, tidak rakus
dengan dunia lebih memiliki kepekaan dalam menyerap pelajaraan ilmu batin.
Secara logika, orang yang berhati ikhlas lebih mudah memusatkan konsentrasinya
pada satu titik tujuan, yaitu persoalan yang dihadapinya.
Disebutkan bahwa orang yang berhati ikhlas diperkenankan Allah Swt. untuk:
Berbicara, Melihat, Berpikir dan Mendengar bersama dengan Lidah, Mata, Hati
dan Telinga Allah (baca hadist Thabrani).
Hati
yang ikhlas identik dengan ketiadaan rasa tamak. Orang yang memiliki sifat
ikhlas dan tidak tamak amat disukai manusia. Rasullullah Saw. pernah didatangi
seorang sahabat yang ingin meminta resep agar disukai Allah Swt. dan disukai
sesama manusia. Rasullullah bersabda: "Jangan rakus dengan Harta Dunia,
tentu Allah akan menyenangimu, dan jangan tamak dengan hak orang lain, tentu
banyak orang yang menyenangimu ".
Hadist ini jika dikaitkan dengan
kehidupan para spiritualis mereka memiliki power pertama kali disebabkan karena
kharismanya, jika seseorang itu banyak disukai sesamanya maka apa yang
diucapkan pun akan dipercaya. Sebaliknya walau orang itu berilmu tinggi tetapi
kalau tidak disukai sesamanya maka apa yang diucapkannya pun tidak akan ada
yang menggubris.
G. Bersedekah (Dermawan)
Bersedekah selain untuk tujuan ibadah sosial juga
memiliki pengaroh terhadap menyingkirnya bahaya. Banyak hadist membahas masalah
sedekah berkaitan dengan tolak-balak. Dengan banyak bersedekah, seseorang akan
memperoleh limpahan rezeki dan kemenangan.
Rasullullah Saw. bersabda: "Wahai
Manusia!. Bertobatlah Kamu kepada Allah sebelum mati, segeralah Kamu beramal
saleh sebelum Kamu sibuk, sambunglah hubungan dengan Tuhanmu dengan
memperbanyak zikir dan memperbanyak amal sedekah dengan rahasia maupun
terang-terangan. Tuhan akan memberi Kamu rezeki, pertolongan dan kemenangan",
(HR. Jabir ra.).
Dalam kehidupan bermasyarakat kita bisa melilhat hikmah dari sedekah
ini. Seseorang yang memiliki jiwa dermawan amat disukai sesamanya. Logikannya
jika orang itu disukai banyak orang maka ia jauh dari bahaya.
Kisah
nyata terjadi pada suatu daerah. Dua orang yang sama-sama memiliki ilmu batin
memiliki kebun mangga. Ketika hampir musim panen, mangga dari seorang dermawan
itu tidak ada yang mencurinya, sebaliknya kebun mangga yang milik orang bakhil
itu banyak dicuri anak-anak muda.
Disinyalir, pencurian itu terjadi karena unsur "Tidak Suka"
dengan pemilik kebun. Sedangkan anak-anak muda itu mengapa tidak mau mencuri
kebun milik sang dermawan, rata-rata mereka mengutarakan keengganannya "Ah
dia orang baik kok kita kerjain" katanya, nah Anda ingin menang dan
sakti dunia akhirat?, perbanyaklah sedekah.
H. Mengurangi Makan dan Tidur
Saya ingat pada perkataan orang tua dulu
atau para guru ngaji ketika menasihati muris-muridnya, ia selalu mengatakan
kepada saya – dan murid-murid lainnya juga – bahwa kalau kamu mau bisa baca
kitab kuning dengan lancar, kamu harus nyari tanaman kanggung yang di dalam
batangnya terdapat hatinya atau yang berisi. Dari nasihat tersebut saya dulu
selalu membayangkan dan bertanya pada diri sendiri, apakah da tangkai kangkung
yang ada hatinya? Padahal saya tau bahwa yang namanya tangkai kangkung di manapun
kayaknya tidak ada yang berisi atau kosong).
Setelah lama berpikir, hal itu menunjukan atau kalau diartikan bahwa
kalau nyari ilmu itu harus banyak-banyak berpuasa, terutama puasa pada hari
Senin dan Kamis. Karena hal tersebut merupakan sunnah Rasulullah Saw.., dan
Beliau selalu berpuasa pada hari Senin dan Kamis, kecuali pada hari itu
bertepatan dengan hari yang dilarang berpuasa, seperti hari tasyrik
yaitu tanggal 10, 11, 12, 13 pada bulan Haji dan pada hari raya Idul Fitri (1
Syawal).
Sebuah laku tirakat yang universal yang berlaku untuk seluroh makhluk
hidup adalah puasa. Ulat agar bisa terbang menjadi kupu-kupu harus berpuasa
terlebih dahulu, ular agar bisa ganti kulit harus puasa terlebih dahulu dan
ayam agar bisa beranak pun harus puasa terlebih dahulu.
Secara budaya banyak hal yang dapat diraih melalui puasa. Orang-orang
terdahulu tanpa mempermasalahkan sisi ilmiahnya aktivitas puasa telah berhasil
mendapatkan segala daya linuwih atau keistimewaan melalui puasa yang
lazim disebut tirakat.
Para
spiritualis mendapatkan wisik (Petunjuk ghaib melalui puasa terlebih
dahulu). Dan tradisi itu masih terus dilestarikan orang-orang zaman sekarang.
Intinya sampai kapanpun orang tetap meyakini dengan mengurangi makan dalam hal
ini adalah puasa, seseorang akan memperoleh inspirasi baru, intuisi.
Tradisi kita, ketika secara budaya sudah tiada lagi tempat untuk bertanya,
melalui puasa seseorang bisa mendapatkan telinga yang baru dan ketika ia tak
lagi mampu berkata, dengan puasa seseorang mampu memperoleh mulut yang baru.
Secara logika, puasa adalah bentuk
kesungguhan yang diwujudkan melalui melaparkan diri. Hanya orang-orang yang
sungguh-sungguh saja yang sanggup melakukannya. Aktivitas ini jika ditinjau
dari sisi ilmu batin, menunjukan bahwa kesungguhan memprogram niat itu yang
akan menghasilkan kelebihan-kelebihan.
Hati yang diprogram dengan singguh-sungguh
akan menghasilkan seseuatu yang luar biasa. Karena itu dalam menempuh ilmu
batin, aktivitas puasa mutlak dibutuhkan. Karena di dalam puasa itu tidak hanya
bermakna melaparkan diri semata. Lebih dari itu, berpuasa memiliki tujuan
manonaktifkan nafsu syaithoni.
Non aktifnya nafsu secara tidak langsung
meninggikan tarap spiritual manusia, sehingga orang-orang yang berpuasa doanya
makbul dan apa yang terusik dalam hatinya sering menjadi kenyataan.
Menurut Imam Syafi'i dengan berpuasa
seseorang terhindar dari lemah beribadah, berat badanya, keras hatinya, tumpul
pikirannya dan kebiasaan mengantuk. Dari penyelidikan ilmiah puasa diyakini
memiliki pengaroh terhadap kesehatan manusia.
Orang-orang terdahulu memiliki ketajaman
mata batin dan manjur Ilmu kanuragannya karena kuatnya dalam Laku Melek atau
mengurangi tidur malam hari. Bahkan burung hantu yang dilambangkan sebagai
lambang ilmu pengetahuan pun disebabkan karena kebiasannya "Tafakur "
pada malam hari.
Dalam filosofi ilmu batin, memperbanyak
tafakur malam hari menyebabkan seseorang memiliki "Mata Lebar",
yaitu ketajaman dalam melihat dan membaca apa-apa yang tersirat dibalik
kemisterian alam semesta ini.
Bahkan ketika agama Islam datang pun
membenarkan informasi sebelumnya yang dibawa oleh agama lain. Hanya Islam yang
menginformasikan bahwa dengan bertahajud ketika orang lain terlelap dalam
tidur, menyebabkan orang itu akan ditempatkan Allah Swt.. pada tempat yang
terpuji.
Pada keheningan malam terdapat berbagai
hikmah. Melawan "Nafsu" tidur menuju ibadah kepada Allah Swt..
dan dalam suasana hening itu konsentrasi mudah menyatu. Saat inilah Allah Swt. memberikan
keleluasaan kepada hamba-hamba-Nya guna memohon apa saja yang diinginkan.
Banyak para spiritualis yang memiliki
keunikan dalam ilmu batin bukan karena banyaknya ilmu dan panjangnya amalan
yang dibacanya, melainkan karena laku prihatin pada malam harinya. Insya Allah
seseorang yang membiasakan diri tafakur dan beribadah pada malam hari, maka
Allah Swt. akan memberikan keberkahan dalam ilmu-ilmunya.
v LAPAR MENAJAMKAN MATA BATIN
Hawa nafsu sebetulnya ular naga berkepala dua.
Lelaki yang berhasil menghindari maksiat dalam kisah Nabi, seperti yang
diriwayatkan Bukhari, berhasil membunuh salah satu di antara kepala naga, yaitu
seks.
Kepala ini menyemburkan api yang panasnya
bisa membakar orang sampai ke ulu hati. Kepala lainnya adalah perut. Imam Ali
berkata,” Jarak yang terjauh antara seorang hamba dengan Allah ialah ketika
urusannya hanyalah perut dan seksnya saja”Al-Ghazali menulis dalam Ihya ‘Ulum
al-Din sebuah kitab dengan judul Kitâb Kasr al-Syahwatayn, Buku tentang
Menghancurkan Kedua Syahwat. Ia menyebut hawa nafsu sebagai syahwat. Dalam
bahasa Indonesia tampaknya syahwat hanya berarti nafsu seks. Dalam bahasa Arab
dua syahwat itu terdiri dari syahwat seks dan syahwat perut. Yang kedua itu
tentu saja termasuk tapi tidak terbatas pada makan dan minum. Ke dalamnya masuk
segala cara untuk memuaskan kesenangan-kesenangan fisik dengan menggunakan
–pada zaman moderen sekarang inic – duit.
Mungkin istilah paling tepat di masa kini
untuk syahwat perut adalah konsumerisme, perilaku konsumtif. Simaklah bagaimana
Nabi Saw. dan sahabat-sahabatnya berusaha menaklukkan “syahwat perut”.Pada
suatu hari –menurut Anas bin Malik- Fatimah as datang dengan membawa potongan
roti untuk Rasulullah Saw. Beliau bertanya: Potongan apakah ini? Fatimah
berkata: Potongan roti. Aku merasa tidak enak kalau aku tidak membawanya
untukmu. Rasulullah Saw. bersabda; Ketahuilah, ini makanan pertma yang masuk ke
mulut ayahmu selama tiga hari.” Dari manusia suci yang – kata ‘Aisyah – tidak pernah
makan kenyang tiga hari berturut-turut itu keluar perintah “Biasakan mengetuk
pintu surga, supaya pintu itu terbuka bagimu?”. Aisyah bertanya, “Bagaimana
kami membiasakan mengetuk pintu surga.” “Dengan lapar dan dahaga,” kata Nabi
(Ihya, 3:119).
Lebih dari 30 tahun setelah itu, seorang
rakyat biasa menemui khalifah di istananya. Di depan khalifah ada secangkir
susu dan pada tangannya ada beberapa potong roti. Dari susu iti keluar bau
apek. Sedangkan roti itu tampak keras dan kasar. Khalifah berusaha
mematah-matahkannya dan memasukkan serpihan-serpihannya pada susu dalam
cangkir. Rakyat kecil itu takjub melihat pemimpinnya makan begitu sederhana. Ia
bertanya kepada pembantu khalifah, “Apakah kamu tidak kasihan pada orangtua
ini? Kenapa tidak kauminyaki rotinya supaya lunak?”. Pembantunya berkata,
“Bagaimana aku bisa kasihan padanya; ia sendiri tidak kasihan pada dirinya.
Ia memerintahkan kami untuk tidak
menambahkan apa pun pada rotinya. Kami sendiri makan roti yang lebih baik dari
roti yang dimakannya. Khalifah berkata, “Wahai Suwaydah, kamu tidak tahu apa
yang biasa dimakan Nabi Saw. Dia pernah tidak makan tiga hari berturut-turut.”
Khalifah itu adalah anak didik Nabi Saw., keluaran madrasah Rasulullah yang
tumbuh dalam asuhan wahyu, Ali bin Abi Thalib.Ketika ia mau berbuka puasa, ia
menginginkan daging bakar dengan roti yang lunak. Sudah lama ia
menginginkannya.
Akhirnya ia berbiacara pada putranya,
Hasan. Hasan pun mempersiapkannya. Ketika makanan itu sudah terhidang menjelang
waktu buka, seorang pengemis berdiri di depan pintu. Imam berkata pada Hasan,
“Anakku, berikan daging bakar itu padanya. Jangan sampai dalam catatan amal
kita tertulis Adzhabtum thayyibātikum fi hayātikum al-dunyā wastamta’tum
bihā. Kamu sudah menghabiskan yang baik-baik bagimu dalam kehidupan kamu di
dunia saja dan kamu sudah bersenang-senang dengannya.” Adi bin Hatim al-Thaiy
menyaksikan juga Imam Ali makan dengan sangat sederhana. Ia bertanya: Tuanku,
aku melihat engkau berpuasa dan berjihad pada siang harimu, serta banyak salat
pada waktu malammu, sedangkan engkau makan dengan potongan roti seperti ini?”
Imam Ali menjawab, “Hai Adi, dengarkan. Sesungguhnya kalau kamu memperturutkan
nafsumu, ia akan mendorong kamu kepada kekecewaan dan ketidakpuasan. Seperti
kata penyair Hatim bin Abdillah: Sungguh, jika kauikuti nafsumu dan farjimu,
keduanya akan menjerumuskanmu pada puncak kehinaan.” (Syaikh Ahmad al-Hayri,
Tahdzib al-Nafs 1: 238).
Apa yang kita peroleh jika kita
mengendalikan syahwat perut dengan lapar? Apa yang akan kita peroleh bila kita
berlatih melaparkan perut kita, mengendalikan nafsu konsumtif kita? Al-Ghazali
menyebutkan sepuluh faidah. Hari ini, kita menyebutkan empat di
antaranya:Pertama, membersihkan hati dan menajamkan mata batin. Kata Al-Syibli:
Setiap hari aku melaparkan perutku, pintu hikmah dan ‘ibrah (pelajaran) terbuka
bagiku. Kata Yazid al-Bisthami: Lapar itu mega. Bila perut lapar dari hati akan
terucrah hujan hikmah. Bila lapar memancarkan kearifan, kenyang akan melahirkan
kedunguan. Nabi Saw. bersabda: Cahaya kearifan adalah lapar, menjauh dari Allah
adalah kenyang, mendekati Allah ialah mencintai fakir dan miskin dan akrab
dengan mereka. Jangan kenyangkan perutmu, nanti padam cahaya hikmah dalam
hatimu.”Kedua, melembutkan hati dan membersihkannya sehingga mampu merasakan
kelezatan berzikir. Kadang-kadang kita berzikir dengan kehadiran hati, tetapi
kita tidak menikmatinya dan hati kita tidak tersentuh sama sekali. Pada waktu
yang lain, hati kita sangat lembut dan kita merasakan kelezatan berzikir dan
kenikmatan bermunajat.
Menurut para sufi, sebab utama dari
hilangnya kelezatan zikir adalah perut yang kenyang. Kata Abu Sulayman: Apabila
orang lapar dan haus, hatinya akan terang dan lembut. Bila orang kenyang,
hatinya akan buta dan kasar.Ketiga, meluluhkan dan merendahkan hati,
menghilangkan kesombongan dan keliaran jiwa. Ketika kita lapar, kita merasakan
kelemahan tubuh kita di hadapan kekuasaan Allah. Betapa ringkihnya kita, kalau
Tuhan memisahkan kita dari makanan dan minuman hanya untuk beberapa waktu saja.
Karena itu, ketika Nabi Saw. ditawari
semua kenikmatan dunia, ia menolaknya dan berkata, “Tidak, aku ingin lapar
sehari dan kenyang sehari; pada waktu lapar aku bisa bersabar dan merendahkan
diriku, pada waktu kenyang aku bisa bersyukur.”Keempat, mengingatkan
kita pada ujian dan azab Allah. Ketika orang kenyang ia tidak akan ingat
pedihnya kelaparan dan kehausan. Seorang yang arif akan mengenang derita – lapar
dan haus – pada hari akhirat atau pada waktu sakratul maut, ketika ia merasakan
lapar dan haus di dunia ini. Orang yang selalu kenyang dan sehat tidak akan
merasakan pedihnya hari kiamat. Begitu pula, orang yang tidak pernah lapar akan
lupa pada sebagian masyarakat yang diuji Tuhan dengan kelaparan. Ia akan
kehilangan imannya; karena ia tidur kenyang sementara tetangganya kelaparan di
sampingnya. Ketika Nabi Yusuf as menjadi menteri logistik, ia membiasakan puasa
setiap hari. Orang bertanya kepadanya:
Mengapa Anda lapar padahal perbendaharaan
bumi di tangan Anda? Yusuf menjawab: Aku takut kenyang dan melupakan orang yang
lapar.
I. Zikir Kalimah
Toyyibah
Ada hal-hal yang tersembunyi dibalik
zikir kalimah Toyyibah "La ilaha illallah" pertama, zikir ini
disebut sebagai sebaik-baiknya zikir, berdasarkan hadist riwayat Nasa'i, Ibnu
Majjah, Ibnu Hibban, dan Hakim "Afdhaluzd dzikri La ilaha Illallaahu"
yang artinya : sebaik-baik zikir adalah La ilaha illallah.
Kemudian pada hadist yang lain disebutkan
bahwa dengan zikir kalimah Toyyibah ini menyebabkan pintu langit terbuka,
selagi yang membaca kalimah itu orang yang menjauhi dosa-dosa besar. Sedangkan dengan
mengamalkan zikir kalimah ini, sepanjang zikir ini diamalkan secara tulus
ikhlas mengharap ridho Allah Swt., justru Allah yang akan mengatur potensi
manusia.
Dalam hadist Qudsy tersurat: "Barang
siapa disibukkan zikir kepada-Ku sehingga tidak sempat memohon dari-Ku maka Aku
akan memberikan yang terbaik dari apa saja yang Ku berikan".
Dari hadis tersebut di atas menerangkan bahwa hikmah dari zikir
kalimah Toyyibah itu, seseorang akan diberi karunia oleh Allah Swt. walau jenis
karunia itu tidak dimintanya. Ini Yang disebut dengan rezeki yang tak
terduga-duga.
Hikmah lain, dari membiasakan diri
berzikir kalimah "La ilaha illallah ", secara tidak langsung
berarti merekam kalimat itu pada alam bawah sadar manusia. Seseorang dalam
kondisi kritis, kalimat yang reflek muncul dari alam bawah sadarnya adalah
kalimat yang paling akrab dengan lidah dan hatinya.
Maka, seseorang yang istiqomah dalam zikir
kalimah "La ilaha illallah ", bila saat sakaratul maut hendak
menjemput, Insya Allah kalimat itu yang akan muncul dari mulutnya. Dengan
demikian berlakulah janji Allah Swt. bahwa seseorang yang diakhir hayatnya
mengucapkan kalimat "La ilaha illallah", maka sorgalah
balasannya.
Menyimak hal-hal dibalik kalimah Toyyibah
ini, ada dua keuntungan yang bisa kita raih. Pertama keuntungan dunia berupa
ketenangan hati akibat bias dari aktivitas zikir, juga keuntungan dunia berupa
datangnya karunia yang dilimpahkan yang lebih baik dibanding hamba lain yang
meminta.
Sedangkan pahala akhiratnya adalah menemui
kematian dengan Khusnul Khotimah. Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah
yang memperoleh keuntungan dunia akhirat. Amin.
J. Memakai
Wewangian
Kalau kekuatan fisik seseorang ditentukan
dari ototnya. Kekuatan ilmu batin ditentukan dari roh. Memperkuat roh, salah
satu caranya dengan wewangian. Karena itu orang yang sedang mempelajari ilmu
batin atau ingin melestarikan kekuatan ilmu batin dalam jiwa raganya, ia
dituntut selalu mengenakan wewangian.
Disebutkan, wewangian amat dibenci setan dan disukai para malaikat.
Pengertian "Wangi" disini bukan sekedar wangi karena bau
minyak wangi. Wangi yang hakiki adalah wanginya kepribadian, dan itu berarti
Ahlakul Karimah. Tentu saja, melengkapi antara syareat dan hakikat itu
seseorang memang disunahkan memakai wewangian sekaligus menghiasi diri dengan
Ahlak yang baik.
No comments:
Post a Comment