Ketika terjadi bencana
alam tsunami di pantai selatan Pulau Jawa pada 2007, betapa dahysatnya bencana
tersebut sehingga dapat memululantahkan apapun yang ada di sekitar pantai. Akibat
bencana alam tersebut banyak korban jiwa dan juga harta benda. Sehingga
pemerintah menetapkan sebagai bencana nasional. Hampir semua media masa, baik
cetak maupun elektronik, bencana tsunami tersebut menjadi dan sebagai topik
utama dalam pemberitaannya sampai beberapa minggu.
Tapi yang sedikit heran, senang
dan juga takjub, bergalau menjadi satu, karena saya mendengar kabar bahwa saudara
saya, Hamdani, salah satu korban yang selamat. Saya tau bahwa rumahnya persis
berada tidak jauh dari pantai yaitu hanya 100 meter dari bibir pantai. Padahal
saya sudah beruaha mencari kabar saudara saya tadi dan bertanya-tanya, apakah
ia selamat atau tidak? Bisa dibayangkan betapa dekatnya rumah dengan pantai,
dan apabila terjadi tsunami tidak heran lagi pasti akan luluhlantah. Bukan cuma
rumahnya Hamdani yang ada di situ tapi banyak juga rumah yang lain yang
posisinya sama karena itu merupakan suatu perkampungan yang lumayan padat
penduduk. Ketika air menerjang perkampungan tersebut semuanya menjadi rata
dengan tanah dan perkampungan yang tadinya rame dengan kegiatan masyarakatnya
menjadi hilang.
“Saya pada waktu itu kebetulan
berada di rumah lagi bersiap-siap mau berangkat ke laut untuk nangkap ikan.
Untungnya saya belum berangkat. Jadi, saya tau gimana pada waktu datang air
yang begitu besar yang masuk ke daratan. Tanpa pikir panjang langsung saya lari
menjauh dari pantai bersama yang lainnya juga, sambil teriak ‘Air, air, air….!
air naik….! Tsunami….!!!’,” tuturnya.
Tetapi yang
menjadi saya kagum dan tidak habis piker, padahal ia tidak bisa manjat, dengan
sepontan, tanpa harus belajar terlebih dulu, ia bisa manjat dengan sangat
cepat, lebih cepat dari orang yang sudah terbiasa manjat pohon. “dan saya
langsung manjat pohon kelapa. Padahal saya sebelumnya belum pernah dan
sebenarnya tidak bisa manjat pohon. Sadar-sadar setelah air mulai surut sekitar
30 menitan dalam hati saya berkata ‘kok saya bisa manjat ya?’. Itulah keajaiban
yang saya alami yang sebelumnya tidak pernah dialaminya”, tambahnya lagi.
Itulah
kekuatan pikiran yang menggerakan prilaku, seperti yang dialami oleh Hamdani,
yang sebelumnya tidak terpikir untuk bisa manjat pohon sehingga dengan sepontan
ia bisa. Kekuatan pikiran yang dahsyat ini dapat menggerakan kita baik disadari
maupun tidak. Seperti contoh lain, banyak cerita dari para demonstran ketika
reformasi berlangsung tahun 1998, yang pada waktu itu masih bersetatus sebagai
mahasiswa. Tahukah Anda apa yang terjadi ketika demonstarasi berlangsung? Mungkin
Anda sudah tahu tentang cerita ini. Pada waktu deminstran berlangsung dan
akhirnya dibubarkan oleh aparat keamanan dengan cara paksa. Dan apa yang
terjadi? Para demonstran tersebut lari
berhamburan untuk menyelamatkan dirinya masing-masing, dengan mudahnya ia dapat
memanjat dan meloncati pagar tembok yang tinggi. Itu merupakan hal yang luar
bisa, apapun yang tadinya tidak mungkin menjadi mungkin.
Pernahkah terlintas dalam pikiran
Anda, bahwa merasa Anda ini demikian hebat. Misalnya, Anda tidak mungkin keliru
dalam menyusun program dan menjalankan suatu pekerjaan, semuanya akan berjalan
beres tampa ada
masalah? Mungkin ketika itu Anda membuat diri Anda sendiri merasa takjub dengan
melakukan sesuatu yang bersifat dramatis yang tidak pernah Anda sangka Anda
sangup melakukannnya. Atau mungkin juga Anda pernah mengalami hal sebaliknya,
di mana sesuatu yang Anda sudah rencanakan tidak satu pun berjalan dengan sempurna
atau beres (kacau balau). Anda mungkin ingat saat-saat ketika Anda kacaukan
hal-hal yang biasaya Anda kerjakan dengan mudah, ketika setiap langkah Anda
keliru, ketika setiap pintu terkunci, ketika segala yang Anda coba ternyata
keliru.
Sebenarnya
tidak ada yang beda dalam diri Anda. Anda tetap Anda. Sumber-sumber daya yang Anda
miliki tetap sama. Akan tetapi, kenapa Anda terkadang menghasilkan sesuatu yang
begitu mengecewakan. Atau menghasilkan sesuatu yang mengagumkan dan
membanggakan?
Hampir kebanyakan orang
dari kita mengalami hal-hal seperti itu, terkadang ada dalam pikiran begitu
bahagia, bangga, kagum, senang dan lain sebagainya. Karena pikiran pada waktu
itu ada dalam pikiran memberdayakan – keyakinan, kasih, kekuatan batin,
sukacita, kepercayaan – yang menggali sumber daya pikir yang hebat. Atau juga
sebaliknya, terkadang ada dalam kondisi yang sangat menyedihkan, khawatir,
was-was, gundah, cemas, bahkan sampai mengalami stres dan depresi sehingga
timbul keputusasaan. Karena pikirannya pada waktu itu ada dalam pikiran
melumpuhkan – kebingungan, depresi, kesedihan, prustasi, ketakutan, kekecewaan
– yang membuat kita dibuatnya tidak berdaya. Kita semua mengalami keadaan
seperti itu secara bergantian, yaitu kondisi baik dan buruk.
Menurut Anthony Robbhins,
dalam bukunya yang berjudul Unlimited
Power, menyatakan bahwa memahami pikiran adalah kunci memahami perubahan dan
mencapai kesempurnaan. Karena perilaku kita adalah hasil dari pikiran kita.
Pikiran-pikiran
Anda akan mendorong terbentuknya berbagai imej dan gambar dalam diri Anda,
termasuk emosi yang menyertainya. Imej-imej dan emosi tersebut akan mendorong
terciptanya berbagai prilaku dan tindakan-tindakan. Tindakan Anda kemudian akan
menghasilkan berbagai konsekuensi dan akibat yang akan menentukan hal-hal apa
saja yang menimpa Anda.
Hal tersebut di atas
membuktikan bahwa imej dan emosi Anda merupakan gambaran dari pikiran Anda. Pada
saat keadaan Anda baik berarti pikiran Anda pun lagi baik (positif), tetapi
sebaliknya, pada saat keadaan Anda tidak baik (buruk) berarti pikiran Anda pun
lagi buruk (negatif). Artinya, keadaan – baik
atau buruk – yang ada dalam diri Anda dipengaruhi oleh pikiran – baik
(positif) atau buruk (negatif). Dari pikiran Anda itulah akan menghasilkan
prilaku Anda sendiri.
Sebuah imej dan emosi dapat
didefinisikan sebagai jumlah dari jutaan peruses neurologis yang terjadi dalam
pikiran Anda sendiri. Dengan kata lain, jumlah total dari informasi yang diterima
otak kita melalui panca indera pada setiap detiknya. Setelah informasi tersebut
masuk dan diterima serta diterjemahkan oleh otak Anda, maka terciptalah pikiran
Anda, dari pikiran tersebut akan menghasilkan sebuah prilaku Anda. Seperti apa
perilaku yang kita tunjukan – pada diri sendiri maupun orang lain – baik atau
buruk.
Kebanyakan pikiran Anda
terjadi tanpa secara sadar Anda arahkan. Anda melihat sesuatu dan menanggapinya
dengan memasuki suatu pikiran. Itu mungkin pikiran positif dan bermanfaat, atau
pikiran negatif dan membatasi, tetapi tidak banyak yang diperbuat kebanyakan orang untuk
mengendalikanya.
Perbedaan
antara mereka yang gagal mencapai sasaran-sasaran dalam kehidupannya dengan
mereka yang sukses adalah perbedaan antara mereka yang tidak mampu menempatkan
dirinya dalam kondisi yang mendukung dengan mereka yang secara konsisten mampu
menempatkan dirinya dalam kondisi yang mendukung dalam
pencapaian-pencapaiannya. Sedangkan kemampuan mengarahkan kehidupannya sendiri
adalah kemampuan mengetahui bagaimana caranya mengendalikan dan mengarahkan
pikiran Anda.
Dengan mengendalikan dan
mengarahkan pikiran Anda, Anda akan mampu
untuk menempatkan diri Anda dalam kondisi yang mendukung dalam
pencapaian-pencapaian suatu tujuan Anda. Tetapi sebaliknya, apabila Anda tidak
mampu mengendalikan dan mengarahkan pikiran Anda kedalam
kondisi tersebut, jangan harap untuk mencapai apa yang menjadi tujuan.
No comments:
Post a Comment