Monday, January 9, 2012

Pentingnya Bermain Bagi Anak


Pernah mengalami anak Anda malas belajar atau takut ketika disuruh mengerjakan pekerjaan rumah? Jika ya, berarti anak Anda belum mencintai belajar dan fobia terhadap belajar. Bukan hanya di rumah, di sekolah pun mungkin akan demikian.

Sekarang ini, para pendidik di negara kita sudah mengembangkan metode belajar sambil bermain. Dengan metode ini diharapkan anak tidak akan terasa bila dirinya sedang belajar. Pun membuat kegiatan belajar mengajar menjadi lebi luwes dan tidak kaku. Lingkungan belajar dibuat bersahabat dengan anak sehingga mereka merasa tidak asing. Pasalnya, jika lingkungan belajar tidak akrab dengan mereka, maka belajar akan dianggap fobia dan berkembang menjadi momok.

Banyak cara dan permainan yang bisa dilakukan untuk maksud di atas. Misalnya, dengan membuat tempat bermain lengkap dengan berbagai peralatan yang diletakkan di tempat tertentu. Di tempat itu, semua anak dari beberapa kelas bisa bermain bersama. Mereka semua bisa berkolaborasi dan menciptakan kebersamaan serta membangun sifat kepemimpinan (bila mereka bermain dengan anak yang lebih muda).

Anak-anak pasti suka bermain. Mereka sangat menikmati waktu bermain sehingga tidak jarang mereka lupa makan, lupa belajar bahkan tidak mau melakukan aktivitas lainnya jika sedang bermain. Orangtua pun harus tarik urat dahulu jika menyuruh anaknya berhenti bermain dan mau mengerjakan pekerjaan rumah atau belajar. Hal ini seringkali menyebabkan orangtua menganggap bahwa anaknya malas belajar dan maunya cuma bermain saja. Dalam artikel ini akan dibahas mengapa bermain itu dianggap penting oleh beberapa ahli perkembangan dan sebatas mana bermain itu bermanfaat bagi perkembangan anak-anak. 

Papalia (1995), seorang ahli perkembangan manusia dalam bukunya Human Development, mengatakan bahwa anak berkembang dengan cara bermain. Dunia anak-anak adalah dunia bermain. Dengan bermain anak-anak menggunakan otot tubuhnya, menstimulasi indra-indra tubuhnya, mengeksplorasi dunia sekitarnya, menemukan seperti apa lingkungan yang ia tinggali dan menemukan seperti apa diri mereka sendiri.

Dengan bermain, anak-anak menemukan dan mempelajari hal-hal atau keahlian baru dan belajar kapan harus menggunakan keahlian tersebut, serta memuaskan apa yang menjadi kebutuhannya. Lewat bermain, fisik anak akan terlatih, kemampuan kognitif dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain akan berkembang.

Bermain tentunya merupakan hal yang berbeda dengan belajar dan bekerja. Menurut Hughes (1999), seorang ahli perkembangan anak dalam bukunya Children, Play, and Development, mengatakan harus ada 5 (lima) unsur dalam suatu kegiatan yang disebut bermain. Kelima unsur tersebut adalah:

1.        Tujuan bermain adalah permainan itu sendiri dan si pelaku mendapat kepuasan karena melakukannya (tanpa target), bukan untuk misalnya mendapatkan uang.

2.        Dipilih secara bebas. Permainan dipilih sendiri, dilakukan atas kehendak sendiri dan tidak ada yang menyuruh ataupun memaksa.

3.        Menyenangkan dan dinikmati.

4.        Ada unsur kayalan dalam kegiatannya.

5.        Dilakukan secara aktif dan sadar. 

Diluar pendapat Hughes, ada ahli-ahli yang mendefinisikan bermain sebagai apapun kegiatan anak yang dirasakan olehnya menyenangkan dan dinikmati (pleasurable and enjoyable). Bermain dapat menggunakan alat (mainan) ataupun tidak. Hanya sekedar berlari-lari keliling di dalam ruangan, kalau kegiatan tersebut dirasakan menyenagkan oleh anak, maka kegiatan itupun sudah dapat disebut bermain.

No comments:

Post a Comment